Laman

Entri Populer

Kamis, 30 Desember 2010

Sistem Pertanian di Indonesia

Sistem Pertanian di Indonesia
Sistem pertanian di Indonesia terdiri dari : sistem ladang, sistem tegal pekarangan, sistem sawah dan sistem perkebunan.
Sistem ladang merupakan sistem pertanian yang paling primitif. Suatu sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam. Pengolahan tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada ketersediaan lapisan humus yang ada, yang terjadi karena sistem hutan. Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian.
Sistem tegal pekarangan berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari sumber-sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya rendah. Pengelolaan tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga yang intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan.
Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan sistem sawah.
Sistem perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasil utama, sampai sekarang sistem perkebunan berkembang dengan manajemen yang industri pertanian.

Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

4. Sistem Pertanian di Indonesia
Sistem pertanian di Indonesia terdiri dari : sistem ladang, sistem tegal pekarangan, sistem sawah dan sistem perkebunan.
Sistem ladang merupakan sistem pertanian yang paling primitif. Suatu sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam. Pengolahan tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada ketersediaan lapisan humus yang ada, yang terjadi karena sistem hutan. Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian.
Sistem tegal pekarangan berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari sumber-sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya rendah. Pengelolaan tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga yang intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan.
Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan sistem sawah.
Sistem perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasil utama, sampai sekarang sistem perkebunan berkembang dengan manajemen yang industri pertanian.

Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

Konsep Sosial Budaya Dalam Konteks Lingkungan Hidup

Konsep sosial-budaya, selalu harus melihat masalah dalam konteks keseluruhan (holistik), karena masalah sosial-budaya akan meliputi segenap sistem dalam kehidupan manusia termasuk lingkungan hidupnya. Sistem Sosial-Budaya, secara umum meliputi :
1. Sistem budaya; yang berupa gagasan, nilai-nilai dan pandangan-pandangan luhur, bersifat abstrak dan amat dijunjung tinggi, serta acapkali juga meliputi hal-hal yang diipandang bernilai mutlat.
2. Sistem sosial; yang berupa prilaku nyata yang dapat diamati secara konkrit dalam kehidupan individu sebagai warga masyarakat mengikuti tatanan, tatatertib kehidupan yang memelihara hubungan-hubungan interaksi sosial dalam masyarakat sebagai satu kesatuan.
3. Sistem individu; adalah orang seorang (individu) pendukung dan pelaku sistem-sistem udaya dan sosial, sesuai dengan kemampuan atau kualitas penghayatan nilai-nilai budaya dan kadar pengamalannya dalam interaksi sosial seperti adanya ia memperlakukan diri atau mengekspresikan diri berupa kualitas pribadi yang menunjukkan kepribadiannya.

Seseorang  menghayati nilai-nilai budaya sesuai pengalaman akal budi yang diperolehnya dari pengalaman hidup rohanial, menjadi kekayaan rohaniah, yang disebut budi-daya yang menghasilkan kreativitas dalam kehidupan nyata. Seseorang dengan kreativitas yang kaya, dapat melakukan interaksi sosial aneka ragam dalam kehidupan, sehingga ia bisa dipandang dalam masyarakat sebagai orang terkemuka, atau orang terpandang, atau juga dalam kebudayaan lokal nusantara disebut orang kaya (cultured man).

Sistem budaya, sistem sosial dan sistem individu dalaqm membawakan diri dalam kehidupan, selalu berada dalam konteks ruang dan waktu, yang memberikan makna kepada kehidupan itu, sesuai dengan konteks nilai-nilai budaya; sistem sosial; dan sistem individu.

Totalitas sistem ini berhadapan dengan lingkungan hidup dan memeri makna kepadanya dalam kehidupan yang ditentukan oleh " jarak antara harapan dengan kenyataan" yang selalu bergerak menjauh dan mendekat antara satu dan terhadap lainny, tetapi tidak pernah saling terpadu atau menyatu. Soal jauh dan dekatnya Harapan dan Kenyataan, disinilah terletak tingkat penilaian yang selalu bersifat kualitatif. Dalam ukuran nilai Sosial-Budaya semua itu memiliki makna kualitatif, sukar dikuantitatifkan. Kaya, miskin, adil, jujur, cinta, taat dan banyak lain lagi, bersifat amat kualitatif. karena itu ia sama dengan kebahagiaan, kesejahteraan, kepuasaan, kelegaan, semua itu sangat relatif, tergantung pada sistem budaya, sistem sosial dan sistem individu yang selalu berada dalam konteks ruang dan waktu.

Konsep Sosial Budaya Dalam Konteks Lingkungan Hidup

Konsep sosial-budaya, selalu harus melihat masalah dalam konteks keseluruhan (holistik), karena masalah sosial-budaya akan meliputi segenap sistem dalam kehidupan manusia termasuk lingkungan hidupnya. Sistem Sosial-Budaya, secara umum meliputi :
1. Sistem budaya; yang berupa gagasan, nilai-nilai dan pandangan-pandangan luhur, bersifat abstrak dan amat dijunjung tinggi, serta acapkali juga meliputi hal-hal yang diipandang bernilai mutlat.
2. Sistem sosial; yang berupa prilaku nyata yang dapat diamati secara konkrit dalam kehidupan individu sebagai warga masyarakat mengikuti tatanan, tatatertib kehidupan yang memelihara hubungan-hubungan interaksi sosial dalam masyarakat sebagai satu kesatuan.
3. Sistem individu; adalah orang seorang (individu) pendukung dan pelaku sistem-sistem udaya dan sosial, sesuai dengan kemampuan atau kualitas penghayatan nilai-nilai budaya dan kadar pengamalannya dalam interaksi sosial seperti adanya ia memperlakukan diri atau mengekspresikan diri berupa kualitas pribadi yang menunjukkan kepribadiannya.

Seseorang  menghayati nilai-nilai budaya sesuai pengalaman akal budi yang diperolehnya dari pengalaman hidup rohanial, menjadi kekayaan rohaniah, yang disebut budi-daya yang menghasilkan kreativitas dalam kehidupan nyata. Seseorang dengan kreativitas yang kaya, dapat melakukan interaksi sosial aneka ragam dalam kehidupan, sehingga ia bisa dipandang dalam masyarakat sebagai orang terkemuka, atau orang terpandang, atau juga dalam kebudayaan lokal nusantara disebut orang kaya (cultured man).

Sistem budaya, sistem sosial dan sistem individu dalaqm membawakan diri dalam kehidupan, selalu berada dalam konteks ruang dan waktu, yang memberikan ma